Bismillah, wassholaatu
wassalam ‘ala rosulillah. Pada edisi lalu telah kitabahas beberapa hal terkait
syafa’at sebagai keyakinan ahli sunnah wal jama’ah. Maka sebagai penyempurna
berikut - dengan memohon taufik Allah- kami sajikan pembahasan lanjutan
berkaitan dengan syafa’at selamat membaca.
HAMBA-HAMBA ALLAH SELAIN
NABI MUHMMAD YANG MEMBERI SYAFA’AT ATAS IZIN ALLAH
Mereka adalah : Malaikat,
Para nabi, Kaum mukminin ahli tauhid secara umum
Berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتِ الْمَلاَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Allah berfirman: ‘Para malaikat, para nabi, orang-orang mukmin telah
memberikan syafa’at, tinggal Dzat yang Maha Penyayang…’” [HR. Muslim, no. 183]
Kemudian yang ke empat
adalah Para syuhada, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam:
يُشَفَّعُ الشَّهِيدُ فِى سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ بَيْتِه
“Orang syahid memberikan syafa’at kepada tujuh puluh anggota keluarganya.”
[Shohih Abi Dawud,no. 2522]
Selanjutnya adalah anak-anak
kaum mukminin untuk orang tua mereka. Berdasarkan riwayat yang berbunyi :
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَمُوتُ لَهُمَا ثَلَاثَةُ أَوْلَادٍ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ ، إِلَّا أَدْخَلَهُمَا اللهُ وَإِيَّاهُمْ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ الْجَنَّةَ . قَالَ: يُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ . قَالَ: فَيَقُولُونَ: حَتَّى يَجِيءَ أَبَوَانَا ” قَالَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ . فَيَقُولُونَ مِثْلَ ذَلِكَ قَالَ: ” فَيُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَبَوَاكُمْ
“Tidaklah dua orang tua
muslim yang ditinggal mati oleh tiga anaknya yang belum baligh kecuali Allah
memasukkan keduanya dan anak-anak mereka ke surga dengan rahmat Allah.
Dikatakan kepada mereka: ‘Masuklah ke surga.’ Anak-anak tersebut menjawab:
‘Kami tidak akan masuk sehingga orang tua kami datang’, mengatakannya sebanyak
tiga kali. Akhirnya, dikatakan kepada mereka: ‘Masuklah ke surga kalian beserta
orang tua kalian.’” [Shohih an-Nasai, no. 1875]
AMALAN-AMALAN YANG
MENDATANGKAN SYAFA’AT
a.
Memperbanyak Membaca Al-Qur‘an. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
“Bacalah al-Qur‘an karena ia akan datang pada hari Kiamat
kelak untuk memberikan syafa’at kepada pembacanya.” [HR. Muslim, no. 804]
b.
Berpuasa. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan al-Qur‘an akan memberikan syafa’at kepada
hamba kelak pada hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabbku, aku telah mencegahnya
dari syahwat di siang hari maka berilah aku syafa’at untuknya.’ Al-Qur‘an juga
berkata, ‘Saya telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka berilah aku
syafa’at untuknya.’ Lalu keduanya diberi syafa’at untuk pelakunya.” (Musnad
Ahmad 10/118]
PENGHALANG-PENGHALANG
MENDAPATKAN SYAFA’AT
a.
Berbuat kesyirikan kepada Allah. Allah berfirman
:
وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ () أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ
“Faktor apa yang bisa sampai membuatku tidak menyembah
Rabb yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu semua akan
dikembalikan? Untuk apa aku menyembah sesembahan-sesembahan selain-Nya padahal
jika Allah Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya
syafa’at dari para sesembahan itu tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku
dan mereka tidak pula dapat menyelamatkanku?” [QS. Yaasin: 22-23]
b.
Pemimpin zalim dan sikap berlebih-lebihan dalam agama. Berdasarkan hadits:
صِنفانِ من أُمَّتي
لن تنالهما شفاعَتي : إمامٌ ظَلومٌ غشومٌ ، وكلُّ غالٍ مارقٌ
“Dua golongan yang tidak akan mendapatkan syafa’atku:
pemimpin zalim lagi penipu dan orang yang berlebih-lebihan dalam agama keluar
darinya.” [Shohih Targhib, no. 2218]
c.
Suka melaknat tanpa aturan. Berdasarkan
hadits:
إِنَّ اللَّعَّانِينَ لاَ يَكُونُونَ شُهَدَاءَ وَلاَ شُفَعَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَة
“Sesungguhnya para pelaknat tidak akan menjadi saksi dan
pemberi syafa’at kelak pada hari Kiamat.” [HR. Muslim: 2598]
KIAT MENDAPATKAN SYAFA’AT
a.
Istiqomah dengan tauhid. Orang-orang
yang terus istiqomah dengan tauhid—memurnikan segala bentuk ibadah hanya kepada
Allah—dijamin mendapatkan syafa’at, hal ini berdasarkan hadits Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam:
أَسْعَدُ اْلنَّاسِ بِشَفَاعَتِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
“Orang yang paling berbahagia memperoleh syafa’atku pada
hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan ‘La ilaha illa Allah’ ikhlas dari lubuk
hatinya.” [HR. Bukhari: 99]
b.
Membaca al-Qur‘an , mempelajari, memahami serta mengamalkannya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
“Bacalah al-Qur‘an karena ia akan datang pada hari Kiamat
kelak untuk memberikan syafa’at kepada pembacanya.” [HR. Muslim, no. 804]
c.
Berpuasa (baik yang wajib maupun
sunnah). Hal ini berdasarkan hadits:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan al-Qur‘an akan memberikan syafa’at kepada
hamba kelak pada hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabbku, aku telah
mencegahnya dari syahwat di siang hari maka berilah aku syafa’at untuknya.’
Al-Qur‘an juga berkata, ‘Saya telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka
berilah aku syafa’at untuknya.’ Lalu keduanya diberi syafa’at untuk pelakunya.”
(Musnad Ahmad 10/118]
d.
Do’a anak shalih. Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam:
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَّى لِي هَذِهِ؟ فَيَقُولُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَك
“Sesungguhnya Allah meninggikan derajat hamba yang shalih
di surga lalu dia mengatakan, ‘Wahai Rabbku, dari manakah kedudukan ini?’ Allah
menjawab, ‘Karena sebab do’a ampunan anakmu untukmu.’” [As Shohih Al Musnad,
no. 1403]
e.
Berteman dengan orang-orang sholeh. Hal ini dikarenakan persahabatan dengan orang sholeh akan tetap langgeng
sampaipun alam telah berganti. Bahkan teman kita tersebut akan memintakan
syafa’at untuk kita. Dalam sebuah riwayat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
فَوَالَّذِى نَفْسِي بِيَدِهِ! مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْكُمْ
بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً للهِ فِى اسْتِضَاءَةِ الْحَقِّ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ للهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ فِى النَّارِ. يَقُوْلُوْنَ :
رَبَّنَا! كَانُوْا يَصُوْمُوْنَ مَعَنَا وَيُصَلُّوْنَ وَيَحُجُّوْنَ. فَيُقَالُ
لَهُمْ : أَخْرِجُوْا مَنْ عَرَفْتُمْ. فَتُحَـرَّمُ صُـوَرُهُمْ عَـلَى النَّارِ.
“Demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian
begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk
saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka
memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa
bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang
kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka....
” [HR. Muslim no. 183]
f.
Tinggal di kota Madinah. Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
مَنْ صَبَرَ عَلَى لأْوَائِهَا وَشِدَّتِهَا كُنْتُ لَهُ شَهِيدًا أَوْ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَة
“Barangsiapa yang sabar menghadapi kesengsaraannya maka
saya akan menjadi saksi dan pemberi syafa’at baginya kelak pada hari Kiamat.” [HR.
Muslim, no. 1377]
g.
Shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Hal ini berdasarkan hadits: Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu
‘Anhu bahwasanya dia mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوْا اللَّهَ لِيْ الْوَسِيْلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِيْ إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Apabila kalian mendengarkan adzan maka ucapkanlah
seperti yang diucapkan muadzin kemudian bershalawatlah kepadaku. Karena,
barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan memberikan shalawat
kepadanya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah wasilah karena itu
adalah tempat di surga yang tidak layak kecuali untuk seorang hamba dari
hamba-hamba Allah dan saya berharap sayalah yang mendapatkannya, maka
barangsiapa yang memintakan untukku wasilah niscaya halal syafa’at baginya.” [HR.
Muslim, no. 384]
h.
Jenazah yang disholati 40 orang / lebih ahli tauhid. Berdasarkan hadits:
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمُ اللَّهُ فِيه
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lalu jenazahnya
dishalati oleh empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu
pun kecuali mereka akan memberikan syafa’at baginya.” [HR. Muslim, no. 948]
HAL LAIN SEPUTAR SYAFA’AT
a.
Apakah Ziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam termasuk
faktor meraih syafa’at?
Sebagian orang
beranggapan bahwa ziarah ke makam beliau termasuk faktor pendorong meraih
syafa’at Beliau, mereka berargumen dengan hadits
مَنْ زَارَ قَبْرِيْ أَوْ قَالَ مَنْ زَارَنِيْ كُنْتُ لَهُ شَفِيْعًا أَوْ شَهِيْدًا
“Barangsiapa menziarahi kuburanku atau menziarahiku maka
saya akan memberikan syafa’at baginya atau menjadi saksinya.”
Perlu diketahui hadits
tersebut dan yang semisal tidak shohih bahkan palsu. Al-Hafizh Ibnu Hajar
al-Asqalani Rahimahullah berkata, “Kebanyakan hadits-hadits ini adalah palsu.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, “Hadits-hadits tentang
ziarah kubur Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallamsemuanya lemah, tidak bisa
dijadikan pijakan dalam agama. Oleh karena itu, tidak ada penulis kitab shahih
dan sunan yang meriwayatkannya, namun yang meriwayatkannya adalah sebagian
ulama yang meriwayatkan hadits-hadits lemah semisal ad-Daraquthni, al-Bazzar,
dan selainnya.”[ http://abiubaidah.com/kupas-tuntas-masalah-syafaat.html/ ]
b.
Apa itu jahanamiyyun?
Kelak akan ada
golongan orang yang disebut dengan jahanamiyyun. Lalu apa sebenarnya
jahanamiyyun ini ? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بَعْدَ مَا مَسَّهُمْ مِنْهَا
سَفْعٌ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمِّيهِمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ:
الْجَهَنَّمِيِّينَ “
“Akan keluar dari neraka suatu kaum setelah mereka di
bakar dalam neraka, kemudian mereka akan masuk ke dalam surga. Penduduk surga
menamakan mereka dengan Jahannamiyyun.” [HR.
Bukhari, no. 6559]
PENUTUP
Dari seklumit pembahasan
berkenaan syafa’at dapat disimpulkan bahwa syafa’at kelak di hari kiamat benar adanya dan
wajib kita imani. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang tidak termasuk
orang-orang yang mengingkari keberadaan syafa’at dan semoga kita tidak diharomkan
mendapatkan syafa’at kelak di akherat pada saat kita sangat membutuhkannya.
Allahu a’lam bisshowwab
Ibnu Ram 130317
Tidak ada komentar:
Posting Komentar