بسم الله الرحمن الرحيم

Senin, 30 Oktober 2017

SYAFA’AT 2



Bismillah, wassholaatu wassalam ‘ala rosulillah. Pada edisi lalu telah kitabahas beberapa hal terkait syafa’at sebagai keyakinan ahli sunnah wal jama’ah. Maka sebagai penyempurna berikut - dengan memohon taufik Allah- kami sajikan pembahasan lanjutan berkaitan dengan syafa’at selamat membaca.

HAMBA-HAMBA ALLAH SELAIN NABI MUHMMAD YANG MEMBERI SYAFA’AT ATAS IZIN ALLAH
Mereka adalah : Malaikat, Para nabi, Kaum mukminin ahli tauhid secara umum
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتِ الْمَلاَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Allah berfirman: ‘Para malaikat, para nabi, orang-orang mukmin telah memberikan syafa’at, tinggal Dzat yang Maha Penyayang…’” [HR. Muslim, no. 183]
Kemudian yang ke empat adalah Para syuhada, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
يُشَفَّعُ الشَّهِيدُ فِى سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ بَيْتِه
“Orang syahid memberikan syafa’at kepada tujuh puluh anggota keluarganya.” [Shohih Abi Dawud,no. 2522]
Selanjutnya adalah anak-anak kaum mukminin untuk orang tua mereka. Berdasarkan riwayat yang berbunyi :
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَمُوتُ لَهُمَا ثَلَاثَةُ أَوْلَادٍ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ ، إِلَّا أَدْخَلَهُمَا اللهُ وَإِيَّاهُمْ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ الْجَنَّةَ . قَالَ: يُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ . قَالَ: فَيَقُولُونَ: حَتَّى يَجِيءَ أَبَوَانَاقَالَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ . فَيَقُولُونَ مِثْلَ ذَلِكَ قَالَ: ” فَيُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَبَوَاكُمْ
“Tidaklah dua orang tua muslim yang ditinggal mati oleh tiga anaknya yang belum baligh kecuali Allah memasukkan keduanya dan anak-anak mereka ke surga dengan rahmat Allah. Dikatakan kepada mereka: ‘Masuklah ke surga.’ Anak-anak tersebut menjawab: ‘Kami tidak akan masuk sehingga orang tua kami datang’, mengatakannya sebanyak tiga kali. Akhirnya, dikatakan kepada mereka: ‘Masuklah ke surga kalian beserta orang tua kalian.’” [Shohih an-Nasai, no. 1875]

AMALAN-AMALAN YANG MENDATANGKAN SYAFA’AT
a.       Memperbanyak Membaca Al-Qur‘an. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
“Bacalah al-Qur‘an karena ia akan datang pada hari Kiamat kelak untuk memberikan syafa’at kepada pembacanya.” [HR. Muslim, no. 804]
b.      Berpuasa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan al-Qur‘an akan memberikan syafa’at kepada hamba kelak pada hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabbku, aku telah mencegahnya dari syahwat di siang hari maka berilah aku syafa’at untuknya.’ Al-Qur‘an juga berkata, ‘Saya telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka berilah aku syafa’at untuknya.’ Lalu keduanya diberi syafa’at untuk pelakunya.” (Musnad Ahmad 10/118]
PENGHALANG-PENGHALANG MENDAPATKAN SYAFA’AT
a.       Berbuat kesyirikan kepada Allah. Allah berfirman :
وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ () أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ
“Faktor apa yang bisa sampai membuatku tidak menyembah Rabb yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu semua akan dikembalikan? Untuk apa aku menyembah sesembahan-sesembahan selain-Nya padahal jika Allah Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa’at dari para sesembahan itu tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak pula dapat menyelamatkanku?” [QS. Yaasin: 22-23]
b.      Pemimpin zalim dan sikap berlebih-lebihan dalam agama. Berdasarkan hadits:
صِنفانِ من أُمَّتي لن تنالهما شفاعَتي : إمامٌ ظَلومٌ غشومٌ ، وكلُّ غالٍ مارقٌ
“Dua golongan yang tidak akan mendapatkan syafa’atku: pemimpin zalim lagi penipu dan orang yang berlebih-lebihan dalam agama keluar darinya.” [Shohih Targhib, no. 2218]
c.       Suka melaknat tanpa aturan. Berdasarkan hadits:
إِنَّ اللَّعَّانِينَ لاَ يَكُونُونَ شُهَدَاءَ وَلاَ شُفَعَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَة
“Sesungguhnya para pelaknat tidak akan menjadi saksi dan pemberi syafa’at kelak pada hari Kiamat.” [HR. Muslim: 2598]

KIAT MENDAPATKAN SYAFA’AT
a.       Istiqomah dengan tauhid. Orang-orang yang terus istiqomah dengan tauhid—memurnikan segala bentuk ibadah hanya kepada Allah—dijamin mendapatkan syafa’at, hal ini berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
أَسْعَدُ اْلنَّاسِ بِشَفَاعَتِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
“Orang yang paling berbahagia memperoleh syafa’atku pada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan ‘La ilaha illa Allah’ ikhlas dari lubuk hatinya.” [HR. Bukhari: 99]
b.      Membaca al-Qur‘an , mempelajari, memahami serta mengamalkannya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
“Bacalah al-Qur‘an karena ia akan datang pada hari Kiamat kelak untuk memberikan syafa’at kepada pembacanya.” [HR. Muslim, no. 804]
c.       Berpuasa (baik yang wajib maupun sunnah). Hal ini berdasarkan hadits:
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan al-Qur‘an akan memberikan syafa’at kepada hamba kelak pada hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabbku, aku telah mencegahnya dari syahwat di siang hari maka berilah aku syafa’at untuknya.’ Al-Qur‘an juga berkata, ‘Saya telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka berilah aku syafa’at untuknya.’ Lalu keduanya diberi syafa’at untuk pelakunya.” (Musnad Ahmad 10/118]
d.      Do’a anak shalih. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
إِنَّ اللَّهَ  لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَّى لِي هَذِهِ؟ فَيَقُولُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَك
“Sesungguhnya Allah meninggikan derajat hamba yang shalih di surga lalu dia mengatakan, ‘Wahai Rabbku, dari manakah kedudukan ini?’ Allah menjawab, ‘Karena sebab do’a ampunan anakmu untukmu.’” [As Shohih Al Musnad, no. 1403]
e.      Berteman dengan orang-orang sholeh. Hal ini dikarenakan persahabatan dengan orang sholeh akan tetap langgeng sampaipun alam telah berganti. Bahkan teman kita tersebut akan memintakan syafa’at untuk kita. Dalam sebuah riwayat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
فَوَالَّذِى نَفْسِي بِيَدِهِ! مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْكُمْ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً للهِ فِى اسْتِضَاءَةِ الْحَقِّ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ للهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ فِى النَّارِ. يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! كَانُوْا يَصُوْمُوْنَ مَعَنَا وَيُصَلُّوْنَ وَيَحُجُّوْنَ. فَيُقَالُ لَهُمْ : أَخْرِجُوْا مَنْ عَرَفْتُمْ. فَتُحَـرَّمُ صُـوَرُهُمْ عَـلَى النَّارِ.
“Demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.... ” [HR. Muslim no. 183]
f.        Tinggal di kota Madinah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
مَنْ صَبَرَ عَلَى لأْوَائِهَا وَشِدَّتِهَا كُنْتُ لَهُ شَهِيدًا أَوْ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَة
“Barangsiapa yang sabar menghadapi kesengsaraannya maka saya akan menjadi saksi dan pemberi syafa’at baginya kelak pada hari Kiamat.” [HR. Muslim, no. 1377]
g.       Shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Hal ini berdasarkan hadits: Dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu ‘Anhu bahwasanya dia mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوْا اللَّهَ لِيْ الْوَسِيْلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِيْ إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Apabila kalian mendengarkan adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin kemudian bershalawatlah kepadaku. Karena, barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan memberikan shalawat kepadanya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah wasilah karena itu adalah tempat di surga yang tidak layak kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan saya berharap sayalah yang mendapatkannya, maka barangsiapa yang memintakan untukku wasilah niscaya halal syafa’at baginya.” [HR. Muslim, no. 384]
h.      Jenazah yang disholati 40 orang / lebih ahli tauhid. Berdasarkan hadits:
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمُ اللَّهُ فِيه
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lalu jenazahnya dishalati oleh empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun kecuali mereka akan memberikan syafa’at baginya.” [HR. Muslim, no. 948]

HAL LAIN SEPUTAR SYAFA’AT
a.       Apakah Ziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam termasuk faktor meraih syafa’at?
Sebagian orang beranggapan bahwa ziarah ke makam beliau termasuk faktor pendorong meraih syafa’at Beliau, mereka berargumen dengan hadits
مَنْ زَارَ قَبْرِيْ أَوْ قَالَ مَنْ زَارَنِيْ كُنْتُ لَهُ شَفِيْعًا أَوْ شَهِيْدًا
“Barangsiapa menziarahi kuburanku atau menziarahiku maka saya akan memberikan syafa’at baginya atau menjadi saksinya.”
Perlu diketahui hadits tersebut dan yang semisal tidak shohih bahkan palsu. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani Rahimahullah berkata, “Kebanyakan hadits-hadits ini adalah palsu.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, “Hadits-hadits tentang ziarah kubur Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallamsemuanya lemah, tidak bisa dijadikan pijakan dalam agama. Oleh karena itu, tidak ada penulis kitab shahih dan sunan yang meriwayatkannya, namun yang meriwayatkannya adalah sebagian ulama yang meriwayatkan hadits-hadits lemah semisal ad-Daraquthni, al-Bazzar, dan selainnya.”[ http://abiubaidah.com/kupas-tuntas-masalah-syafaat.html/ ]
b.      Apa itu jahanamiyyun?
Kelak akan ada golongan orang yang disebut dengan jahanamiyyun. Lalu apa sebenarnya jahanamiyyun ini ? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بَعْدَ مَا مَسَّهُمْ مِنْهَا سَفْعٌ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمِّيهِمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ: الْجَهَنَّمِيِّينَ
“Akan keluar dari neraka suatu kaum setelah mereka di bakar dalam neraka, kemudian mereka akan masuk ke dalam surga. Penduduk surga menamakan mereka dengan  Jahannamiyyun.” [HR. Bukhari, no. 6559]

PENUTUP
Dari seklumit pembahasan berkenaan syafa’at dapat disimpulkan bahwa  syafa’at kelak di hari kiamat benar adanya dan wajib kita imani. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang tidak termasuk orang-orang yang mengingkari keberadaan syafa’at dan semoga kita tidak diharomkan mendapatkan syafa’at kelak di akherat pada saat kita sangat membutuhkannya.

Allahu a’lam bisshowwab
Ibnu Ram 130317

Tidak ada komentar:

Posting Komentar