KEBERSIHAN
CIRI ISLAM
Agama islam adalah agama yang paling peduli dengan
kebersihan, banyak sekali perintah dan anjuran dalam syareat kita yang
mengarahkan agar kita cinta kebersihan dan kesucian, diantaranya adalah firman
Allah :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ
الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesunguhnya Allah menyukai orang-orang
yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” [Q.S. Al-Baqarah :
222]
Juga terdapat dalam hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam :
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ
“Kebersihan
adalah setengah dari keimanan (seseorang).” [HR. Muslim, no.223]
فقيل معناه أن الأجر فيه ينتهى تضعيفه إلى نصف أجر الايمان
وقيل معناه أن الايمان يجب ما قبله من الخطايا وكذلك الوضوء لأن الوضوء لا يصح الا
مع الايمان فصار لتوقفه على الايمان في معنى الشطر وقيل المراد بالايمان هنا
الصلاة كما قال الله تعالى وما كان الله ليضيع ايمانكم والطهارة شرط في صحة الصلاة
فصارت كالشطر وليس يلزم في الشطر أن يكون نصفا حقيقيا وهذا القول أقرب الأقوال
ويحتمل أن
Berkaitan dengan hadits
di atas Imam Nawawi menerangkan : “Ada yang berpendapat bahwa maknanya adalah
ibadah bersuci pahala maksimalnya bisa mencapai setengah pahala iman. Ada pula
yang berpendapat bahwa keimanan seseorang bisa menghapus kesalahan-kesalahan
seseorang sebelum ia beriman, demikian pula wudhu’ karena wudhu’ tidak akan sah
tanpa iman maka kesesuaiannya dengan keimanan tersebut menjadikan ia bermakna
setengah keimanan. [syarh Muslim, bab fadl wudhu]
Maka hendaknya seorang
muslim senantiasa berusaha hidup bersih dan menjaga kebersihan.
MACAM-MACAM KEBERSIHAN
A.
KEBERSIHAN HATI DAN
JIWA
Selain islam menekankan
kebersihan fisik dan lingkungan islam juga sangat menekankan kebersihan
hati/jiwa. Karena bersihnya hati dan jiwa lebih mulia daripada hanya sekedar
fisik yang bersih, bersihnya fisik menjadikan kita sehat jasmaniyah sedangkan
bersihnya hati dan jiwa menjadikan hati dan jiwa tentram sehingga kita akan
sehat secara ruhaniyah, maka ada beberapa macam kebersihan hati dan jiwa yang
harus kita perhatikan,
a.
Bersihkan Jiwa dari
Kotoran Kesyirikan dan Kekufuran serta Dosa. Allah berfirman,
وَنَفْسٍ
وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ
مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” [Q.S. Asy-Syams: 7-10].
Syeikh As Sa’di
berkata :
أي: طهر
نفسه من الذنوب، ونقاها من العيوب، ورقاها بطاعة الله، وعلاها بالعلم النافع
والعمل الصالح
“ia mensucikan dirinya dari dosa-dosa (dan dosa terbesar adalah dosa
kesyirikan dan kekufuran-pen), serta membersihkannya dari aib, ia angkat
derajat dirinya dengan taat kepada Allah, ia naikkan harkat dan martabatnya
dengan ilmu yang bermanfaat serta amal sholeh.” [tafsir as sa’di]
Lalu bagaimana caranya
? tidak lain dengan kita terus belajar dengan sungguh-sungguh untuk mengenal
Allah, Nabi-Nya dan agama-Nya. Allah berfirman,
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami, maka sungguh Kami benar-benar
akan memberi petunjuk (kemudahan) kepada jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang berbuat ihsan." [Q.S. Al Ankabut: 69]
b.
Bersihkan Hati dari
Racun Syahwat dan Syubhat (Perkara Sesat Yang Masih Samar).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَ فُرُوجِكُمْ
وَمُضِلَّاتِ الْفِتَنِ
“Sesungguhnya di antara perkara yang paling aku kuatirkan menimpa kalian
adalah syahwat (mengikuti nafsu) pada perut dan pada kemaluan kalian serta
fitnah-fitnah yang menyesatkan.” [Shohih At Targhib, no.52]
Dalam hadits di
atas baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkuatirkan kita tertimpa dua
hal, fitnah syahwat dan fitnah syubhat. Fitnah syubhat ditangkal dengan
keyakinan (di atas ilmu yang benar), adapun fitnah syahwat ditangkal dengan
kesabaran. Oleh karena itu Allah Ta’ala menjadikan kepemimpinan agama bersandar
kepada dua perkara ini (sabar dan yakin), sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَجَعَلْنَا
مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar dan meyakini ayat-ayat Kami.”
(QS. As Sajdah 24).
Maka saling
menasehati dalam kebenaran dapat mengikis racun syubhat, dan saling menasehati
dalam kesabaran akan menggerus penyakit syahwat.
c.
Bersihkan jiwa dari sifat
sombong, iri dan dengki serta penyakit hati lainnya. Nabi shallallhu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
لاَ
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ.
قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ
حَسَنَةً. قَالَ : إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ
الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
“Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di
dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang
bajunya bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?”) Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan menyintai
keindahan. Yang dimaksud kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan
manusia”. [HR. Muslim, no. 2749]
Saking
pentingnya kita mensucikan diri dari penyakit hati ini, baginda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ
تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ،
وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ
إِخْوَانًا ، اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلاَ
يَخْذُلُهُ ، وَلاَ يَحْقِرُهُ ، اَلتَّقْوَى هٰهُنَا ، وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ
ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ
الْـمُسْلِمَ ، كُلُّ الْـمُسْلِمِ عَلَى الْـمُسْلِمِ حَرَامٌ ، دَمُهُ وَمَالُهُ
وَعِرْضُهُ.
“Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling
membenci, jangan saling membelakangi ! Janganlah sebagian kalian membeli barang
yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah
yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka
ia tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu
disini –beliau memberi isyarat ke dada beliau tiga kali-. Cukuplah keburukan
bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim,
haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” [HR.
Muslim, no. 2564]
B.
KEBERSIHAN BADAN
Banyak sekali dalil
baik dari ayat al qur’an atau hadits Nabi yang menganjurkan kita untuk
senantiasa menjaga kebersihan diri dan badan, diantaranya dengan adanya syareat
thoharoh/bersuci, bahkan ibadah sekelas sholat tidak akan sah bila dilaksanakan
tanpa bersuci, Nabi bersabda :
لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةً بِغَيْرِ طَهُوْرٍ.
“Allah tidak menerima
shalat (yang dikerjakan) tanpa bersuci.” [Shohih Ibnu Hibban, no.1705]
Selain itu setiap
muslim yang sudah mukallaf (terbebani syareat) setiap jum’at diwajibkan untuk
mandi. Sebagaimana perintah baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
الْغُسْلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ
مُحْتَلِمٍ
“Mandi di hari Jum’at
wajib bagi setiap muhtalim (yang telah mimpi basah, artinya dewasa).” [HR.
Bukhari no. 879 dan Muslim no. 846]
Bahkan islam sangat
memperhatikan kebersihan anggota badan yang jarang mendapatkan perhatian untuk
dibersihkan, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ: الْخِتَانُ، وَالْاِسْتِحْدَادُ،
وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الْإِبْطِ، وَقَصُّ الشَّارِبِ
“Lima hal termasuk
perkara fitrah: khitan, mencukur rambut kemaluan, menggunting kuku, mencabut
rambut ketiak, dan memotong kumis.” [HR. Bukhari no. 5889 dan Muslim no. 596]
Tak ketinggalan pula
Nabi mencontohkan dan memerintahkan kita untuk menjaga kebersihan mulut.
Sebagaimana kita tahu bahwa makanan yang masuk ke dalam perut melewati rongga
mulut kita, oleh karena itu islam sangat menganjurkan untuk menjaga kebersihan
mulut. Beliau bersabda shallallahu ‘alaihi wa sallam :
السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِّ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
“Bersiwak (menggosok
gigi) merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhoan bagi Rob”. [Shohih Ibnu
Hibban, no.1067]
Rosulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam begitu bersemangat melakukannya dan sangat ingin agar umatnya
pun melakukan sebagaimana yang dia lakukan, hingga beliau bersabda :
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلىَ أُمَّتِي َلأَمَرْتُهُمْ
باِلسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَّلاَةٍ
“Kalau bukan karena
akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap
akan sholat.” [Shohih at Tirmidzi, no.23]
Perhatikanlah betapa
islam sangat memperhatikan kebersihan badan kita. Bahkan kebiasaan Nabi kalau
hendak masuk rumah beliau selalu bersiwak. Dari Al Miqdam bin Syuraih dari
ayahnya, dia berkata,
سَأَلْتُ عَائِشَةَ قُلْتُ بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ يَبْدَأُ
النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ قَالَتْ بِالسِّوَاكِ
Aku bertanya pada
Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika mulai
memasuki rumah beliau?” Aisyah menjawab, “Bersiwak” [Shohih An Nasai, no.8]
C.
KEBERSIHAN LINGKUNGAN
Islam juga sangat menganjurkan agar kita
memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar kita, selain kebersihan itu sendiri
adalah separuh keimanan, dalam suatu riwayat Nabi memerintahkan untuk menjaga
lingkungan sekitar kita, diantaranya beliau bersabda :
طَهِّرُوْا أَفْنِيَتَكُمْ فَإِنَّ الْيَهُوْدَ لاَ
تُطَهِّرُ أَفْنِيَتَهَا
“Bersihkanlah halaman rumah kalian. Sebab
orang-orang Yahudi tidak membersihkan halaman rumah mereka” [As Shohihah,
no.236]
Bahkan saking perhatiannya islam dengan kebersihan
lingkungan, menyingkirkan gangguan dari jalan termasuk kotoran dan yang semisalnya
terhitung sebagai tanda keimanan seseorang. Nabi bersabda :
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ
شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا
إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ
“Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih,
atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha
illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan
malu itu termasuk bagian dari iman.” [HR. Muslim, no.35]
PENUTUP
Setelah kita membaca keterangan-keterangan di atas
maka sungguh ironis seorang mukmin yang mengaku beriman namun kurang perhatian
dengan kebersihan hatinya, badannya, rumahnya, halamannya, lingkungannya. Ia biarkan
sampah syirik, syubhat bercokol dihatinya, ia biarkan sampah berserakan di
jalanan padahal dia mampu menyingkirkannya, ia tidak peduli dengan kebersihan
dirinya dan lingkungannya. Maka kita senantiasa memohon kepada Allah, semoga kita
semua diberi taufik untuk menjaga kebersihan aqidah, badan dan lingkungan kita.
Allahu a’lam bisshowwab
Ibnu Ram
230718
Tidak ada komentar:
Posting Komentar