UMMUL KITAB
Betapa sering kita membacanya, bahkan para orang tua,
ustadz, kyai, guru ngaji dan TPA akan semangat mengajarkannya walaupun sang
anak didik belum bisa membacanya, ya, dialah surat Al fatikhah yang begitu
familiar dalam kehidupan seorang muslim di seluruh penjuru dunia. Namun tahukah
kita akan makna ayat-ayatnya, fahamkah kita tafsir berikut kandungannya ketika
membacanya !? Maka–bi idznillah- dengan
yang sedikit berikut ini semoga menjadi permulaan tadabbur surat Al fatikhah
berlanjut kepada surat-surat Al Qur’an berikutnya.
MENGENAL AL FATIKHAH
Surat Al
fatikhah memmpunyai 3 nama yang telah dikenal : Al Fatikhah/Fatihatul Kitab,
Ummul Qur’an/Ummul Kitab dan As Sab’u Al Matsani. Surat ini
dinamakan dengan Fatikhatul kitab karena Allah memulai kitab-Nya (Al
Qur’an) dengan surat ini. Dan dinamakan dengan Ummul Qur’an/ummul kitab
(Ummu dalam bahasa arab berarti induk) karena surat ini adalah pokok dari Al
Qur’an, Al Qur,an dimulai darinya dan dialah induk dari segala sesuatu. Ada
pula yang mengatakan karena ia merupakan pembuka, imam dari surat-surat
berikutnya, ia ditulis pertama dalam mushaf dan senantiasa dibaca dalam sholat.
dinamakan dengan As Sab’u Al Matsani (As Sab’u dalam bahasa Arab berarti
7) karena ia berjumlah 7 ayat berdasarkan kesepakatan ulama, adapun dinamakan
Matsani (yang dikususkan) karena ia dikususkan dalam solat, sehingga ia dibaca
dalam setiap rekaat. Surat ini termasuk deretan surat Makkiyah (turun di Mekkah
sebelum hijroh) menurut pendapat mayoritas ulama. [1]
KEUTAMAAN
AL FATIKHAH
a.
Surat yang
paling agung dalam Al Qur’an
Suatu ketika Sahabat Sa’id bin al Mu’alla
berkata,
يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنْ
الْقُرْآنِ
“Wahai
Rasulullah ! Sesungguhnya anda tadi berkata kepadaku, “Akan aku ajari engkau
surat yang paling agung dalam Al Qur’an.”
Rasulullah menjawab,
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ
الَّذِي أُوتِيتُهُ
“الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ -Segala puji hanya
mlik Allah- (yakni Surat Al fatikhah-pen) dia adalah As Sab’u Al Matsani dan Al
Qur’an Al Adzim yang diberikan kepadaku.” [2]
Bahkan dalam
suatu riwayat Nabi bersabda,
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ مَا أُنْزِلَتْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا
فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلَهَا
“Demi
Dzat yang jiwaku di tangan-Nya ! Tidaklah diturunkan dalam Taurot, Injil, Zabur
tidak pula dalam Al Furqon yang setara dengannya (Al Fatikhah).” [3]
b.
Sholat tidak
sah tanpanya
Dari Sahabat Ubadah bin Shomid, Rasulullah
–shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak
Ada sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al Fatikhah).” [4]
c.
Surat yang
dirokemendasikan untuk meruqyah
Suatu ketika Nabi ditanya tentang orang
yang meruqyah dengan surat Al Fatikhah maka Beliau bersabda,
وَمَا
كَانَ يُدْرِيهِ أَنَّهَا رُقْيَةٌ
“Apakah ia tidak tahu bahwa Al Fatikhah adalah ruqyah.” [5]
d.
Al Fatikhah merupakan
cahaya yang tidak pernah diberikan kepada Nabi sebelumnya
أَبْشِرْ
بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ ، فَاتِحَةُ
الْكِتَابِ ، وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ ، لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ
مِنْهُمَا إِلا أُعْطِيتَهُ
“Berilah kabar gembira dengan dua caahaya yang diberikan
kepadaku dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabipun sebelumku, Fatihatul
kitab dan akhir surat Al Baqoroh [6] ,
tidaklah engkau membaca satu huruf saja dari keduanya melainkan engkau akan
diberi.” [7]
TAFSIR AYAT
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ (1) (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang)
بِسْمِ اللَّهِ : maknanya ‘Aku memulai dengan menyebut semua nama Allah
ta’ala, karena nama bila disambungkan (diidhofahkan) kepada Allah maka mencakup
seluruh Asmaul Husna (nama-nama Allah yang indah).
{ اللَّهِ } dialah
Sesembahan yang diibadahi, serta berhak mendapatkan keesaan dalam peribadahan
karena sifat ketuhanan dan sifat sempurna yang Ia miliki.
{ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } dua nama (diantara
nama-nama Allah) yang menunjukkan atas keagungan dan luasnya rahmat Allah yang
mana rahmatnya telah meliputi segala sesuatu yang ada dan meliputi semua
makhluk hidup. Dia ta’ala juga telah menulis rahmat-Nya untuk para hamba-Nya
yang bertaqwa serta para pengikut para Nabi dan Rasul, bagi mereka Rahmat yang
Mutlaq adapun selain mereka maka menurut bagiannya masing-masing. [8]
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ (2) (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam)
Pujian kepada Allah
lantaran semua sifat-sifat-Nya adalah sempurna, serta lantaran
nikmat-nikmat-Nya yang dzohir maupun yang batin, nikmat agama ataupun duniawi,
maka disini juga terkandung perintah bagi para hamba untuk memuji-Nya karena
memang Ia-lah satu-satunya yang berhak menerima pujiaan (atas hal ini). Dia-lah
yang telah menumbuhkembangkan para makhluk, mengurus perkara mereka, merawat
semua makhluk dengan nikmat-nikma-Nya, dan telah menumbuhkembangkan para
wali-wali-Nya dengan iman dan amal sholih.
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
Ar Rahman : Yang Maha
luas nikmat-Nya untuk semua makhluk. Ar Rahim : Yang Maha luas rahmat-Nya kusus
bagi hamba-Nya yang beriman. Dan keduanya (Ar Rahman dan Ar Rahim) termasuk
nama-nama Allah.
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) (Yang menguasai hari
pembalasan)
Dia ta’ala sematalah
pemilik hari kiamat, hari pembalasan amal perbuatan. Ketika seorang muslim
membaca ayat ini dalam setiap rekaat solatnya, maka hal ini akan menjadi
pengingat tentang hari kiamat, sehingga ia akan terdorong untuk mempersiapkan
diri dengan beramal sholih, serta meninggalkan maksiat dan hal-hal negatif.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ (5) (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan)
“(Ya Allah) sesungguhnya kami murnikan ibadah
kami hanya kepada-Mu. Dan kami meminta pertolongan dalam setiap perkara kami
hanya kepada-Mu. Semua perkara kepunyaan-Mu tiada seorangpun yang memilikinya
walaupun seberat biji sawi.”
Ayat ini sekaligus
menjadi dalil tidak bolehnya seorang hamba mempersembahkan sedikit saja macam
ibadah seperti do’a, istighotsah, sembelihan, thowaf kecuali hanya untuk
Allah ta’ala. Ayat ini juga sebagai obat
hati dari penyakit bergantung kepada selain Allah, penyakit riya’, ujub dan
kesombongan.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
(6)
(Tunjukilah kami jalan yang lurus)
Tunjukilah kami,
tuntunlah kami, berilah kami taufik menuju jalan yang lurus dan tetapkanlah
kami di atasnya sampai kami menemui-Mu yaitu jalan islam. Dialah jalan yang
sudah jelas akan mengantarkan kepada keridoan Allah dan surga-Nya yang telah
ditunjukkan oleh penutup para Nabi, Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam-.
Maka tiada jalan kebahagiaan bagi seorang hamba kecuali dengan istiqomah di
atas islam.
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
((yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat)
Jalannya orang-orang yang
telah engkau beri nikmat dari kalangan para Nabi, Shiddiqin, syuhada’ dan
orang-orang sholih, merekalah orang yang telah mendapat hidayah dan istiqomah,
dan jangan jadikan kami termasuk orang yang menempuh jalan orang-orang yang
engkau murkai, mereka mengetahui kebenaran namun tidak mengamalkannya,
merekalah kaum Yahudi dan yang semisal dengan mereka. jangan pula engkau
jadikan kami seperti orang-orang yang telah tersesaat, orang-orang yang tidak
mendapat petunjuk sehingga mereka sesat, merekalah kaum Nasroni dan yang
semisal dengan mereka.
Dalam ayat ini terdapat do’a
kesehatan hati mukmin dari 3 penyakit (berbahaya) ‘ingkar, bodoh dan sesat’.
Dalam ayat ini juga terdapat petunjuk bahwa nikmat yang paling agung adalah
nikmat islam.[9]
Tauhid dalam al fatikhah
Dalam surat Al fatikhah
terkumpul tiga macam tauhid sekaligus,
a.
Rububiyah dalam firman-Nya : الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam)
b.
Uluhiyah dalam firman-Nya : إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan)
c.
Asma Wa Sifat : karena dalam surat ini terdapat 4 nama Allah yang indah, اللَّهُ , الرَّحْمَنُ , الرَّحِيمُ, الرَّبُّ
APAKAH BASMALLAH
TERMASUK AL FATIKHAH
Memang ulama
bersilang pendapat tentang masalah ini. Ada yang mengatakan dia termasuk Al
fatikhah dan ada yang mengatakan sebaliknya. Di antara ulama yang mengatakan ia
bukan termasuk Al fatikhah adalah Syekh Ibnu Utsaimin [bisa dilihat dalam
tafsir beliau]. Namun setelah membaca beberapa artikel penulis cenderung kepada
pendapat yang mengatakan bahwa basmalah termasuk dari al fatikhah dengan 2
alasan
1.
Hadits Nabi :
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهُ -صلى الله
عليه وسلم- :« إِذَا قَرَأْتُمُ الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَءُوا (بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ
وَالسَّبْعُ الْمَثَانِى وَ (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) إِحْدَاهَا »
“Jika kalian
membaca alhamdulillah (al fathikah) maka bacalah bismillahirrahman nirrohim,
sesungguhnya ia adalah ummul Qur’an dan ummul kitab dan as Sab’u al matsani.
2.
Basmalah selalu tertulis dalam mushaf sebagai ayat
pertama surat Al fatikhah. Dan ini adalah ijma’ fi’li. Kaum muslimin
sejak jaman dulu yang tidak ada yang tidak menjadikannya sebagai ayat yang
pertama dari surat al fatikhah. Dan ijma’ fi’li adalah hujjah.
Allohu a’lam
bisshowwab
Ibnu ram 280415
[1] Disadur dari tafsir Al Baghowi surat Al
Fatikhah
[2] HR. Al Bukhari, no. 5006
[3] Shohih At Tirmidzi, no. 2875
[4] HR. Muslim, no. 394
[5] HR. Al Bukhori, no. 5007
[7] HR. Muslim, no. 806
[8] Tafsir As Sa’di
[9] Tafsir Al Muyassar surat Al
fatikhah
[10] HR. Baihaqi,
no.2486 kitab as Sholah bab ad dalil anna basmalah ayatun tamah minal fatikhah.
dishohihkan al bani dalam as Shohihah 1183
Tidak ada komentar:
Posting Komentar