Bismillah
Tak terasa secara
hitungan Masehi kita sudah berada di penghujung tahun. Hal itu berarti tak
terasa pula limit umur kita di dunia juga semakin berkurang. Maka maka merenung
di akhir tahun adalah salah satu hal tepat agar menjadi pelecut bagi kita untuk
mengarah kepada kebaikan bukan kerusakan.
KITA BUKAN MAKHLUK ABADI
Sekuat apapun
kita, sebugar apapun kita dengan berbagai macam olah raga, sehati-hati apapun
kita menjaga kesehatan toh kita juga pernah sakit. Sekaya apapun kita di dunia
ini, ketika kita sakit parah pasti kita rela menebus kesehatan dengan semua
harta kita. Sepanjang apapun umur seseorang pasti akan dijemput kematian.
Kematian adalah adalah sebuah keniscayaan. Allah berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” [Ali Imran:185].
INSTROPEKSI DIRI DI AKHIR TAHUN
Instropeksi diri
sangat urgen dalam kehidupan kita apalagi bila dikaitkan dengan amal perbuatan
yang telah kita lalui. Muslim yang baik harus terus instropeksi terhadap amalannya
sebelum esok ketika ia dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah bertemu
dengan penyesalan. Umar bin khottob pernah berkata,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا, وَزِنَوْا
أَعْمَالَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا فَإِنَّهُ أَخَفُّ عَلَيْكُمْ فِي الْحِسَابِ
غَدًا أَنْ تُحَاسِبُوا أنفسكم اليوم, وتزينوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ يَوْمَئِذٍ
تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab,
timbanglah diri kalian sebelum (amal) kalian ditimbang, karena lebih ringan
bagi kalian tatkala kalian dihisab kelak, bila kalian menghisab diri kalian
sekarang, dan berhiaslah untuk tujuan yang paling agung (akherat) karena pada
hari itu kalian akan dipaparkan segala hal yang tidak mungkin bisa
disembunyikan.” [ma’arij al qobul –syamilah-]
DUNIA HANYA SEBENTAR
Dunia yang kita
pijak ini hanya panggung kehidupan sementara lagi sebentar. Bahkan ketika besok
sudah menjajaki alam akherat kita akan merasa dunia yang menurut kita lama ini,
hanya sangat-sangat sebentar. Allah berfirman,
كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا
عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu,
mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan hanya (sesaat
saja) di waktu sore atau pagi hari.” [QS. An-naazi’at 46]
Bagaimana tidak
sebentar !?la wong satu hari di akherat sama dengan 50.000 tahun di dunia
sebagaimana firman Allah,
فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”
[QS. Al Ma’arij: 4]
Kita harus sadar
setiap detik yang berlalu, dunia ini semakin menjauh sedangkan akherat setiap
detiknya semakin mendekat. Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata,
ارْتَحَلَتْ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتْ
الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ فَكُونُوا مِنْ
أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا فَإِنَّ
الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابَ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ
“Dunia telah berjalan menjauhi, sedangkan akhirat
telah berjalan mendekati. Dunia dan akhirat memiliki orang-orang (yang
memburunya), maka hendaklah kamu menjadi orang-orang (yang memburu) akhirat,
janganlah kamu menjadi orang-orang (yang memburu) dunia. Karena sesungguhnya
hari ini (di dunia) ada amal, dan belum ada hisab (perhitungan amal), sedangkan
besok (akhirat) ada hisah dan tidak ada amal.” [Shohih Bukhiri, bab fil amal wa
thulihi]
JADILAH MUKMIN YANG CERDAS
Sebernarnya bila
kita mau merenung, mukmin yang cerdas bukanlah orang yang IQ nya tinggi, mukmin
yang cerdas tidak diproyeksikan dengan kekayaan yang ia miliki, mukmin yang
cerdas tidak dilambangkan dengan pangkat dan kedudukannya yang tinggi, namun
mukmin yang cerdas adalah orang yang tujuan utamanya adalah menggapai akherat
bukan menggapai dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ
الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى
اللَّهِ
“Orang yang cerdik adalah orang yang menundukkan
dirinya dan beramal untuk alam setelah kemaatian, dan orang yang lemah adalah
orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah dengan
berbagai angan-angan.” [HR. Tirmidzi, no. 2459]
Maka kewajiban
kita ketika diberi nikmat bertambahnya umur, bertambah pula ketaatan dan
perbuatan kebajikan, karena anugrah umur yang panjang bisa mengantarkan kepada
kemuliaan bila kita mengisinya dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan
ketaatan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُه
“Sebaik-baik kalian adalah yang panjang umurnya
dan baik amalannya.” [Shohih At
Tirmidzi, no. 2330]
BERAMAL SEBELUM MENYESAL
Menyesal di dunia
sudah menjadi hal yang biasa, bahkan penyesalan itu bisa dijadikan referensi
evaluasi perbaikan ke depannya. Beda halnya jika menyesalnya di akherat karena
dulu didunia kufur kepada Allah dan enggan beramal. Penyesalan seperti ini
adalah penyesalan yang sia-sia, sebagaimana yang Allah firmankan,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ
ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ
هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga
apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku,
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah
aku tinggalkan.” [QS. Al Mu’minun 99-100]
Beramallah ... !!
Jangan sampai
kita menyesal karena di dunia tidak sempat bersedekah, tidak sempat beramal
ibadah.
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ
يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ
أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah
Kami berikan kepadamu, sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara
kamu, lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan
aku termasuk orang-orang yang saleh?” [QS. Al Munafiqun: 10]
SEGERA BERTAUBAT DAN IRINGI DENGAN AMAL SHALEH
Bila kita
merenung selama hampir setahun ini mungkin yang kita tumpuk lebih banyak
dosanya dari pada pahala amal kebaikan. Rentan berbuat kesalahan memang sudah
menjadi tabiat kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ
التَّوَّابُونَ
“Setiap anak Adam sangat berpotensi berbuat dosa,
dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang mau bertaubat.” [Shohih At
Tirmidzi, no. 2499]
Dalam hadits di
atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menitahkan kepada kita agar segera
bertaubat ketika berbuat dosa, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput
kita, jangan sampai kita dijemput ajal belum sempat bertaubat dari kesalahan
dan dosa yang pernah kita perbuat.
Kemudian selain
kita bertaubat segeralah melakukan kebajikan bila terlanjur berbuat dosa,
karena kebajikan yang kita lakukan akan menghapus dosa yang terlanjur kita
perbuat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اتَّقِ
الله حيثما كنتَ ، وأتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحسَنَةَ تَمْحُهَا. وخالِقِ الناسَ
بخلُق حسن
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada
dan ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik niscaya akan menghapusnya
(dosa kejelekan tadi), dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” [Shohih
At Tirmidzi, no. 1987]
Dalam hadits
qudsi, Allah berfirman,
يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian berdosa
siang dan malam, dan Aku maha mengampuni dosa, maka mintalah ampunan kepadaKu
niscaya Aku akan mengampuni kalian.” [HR. Muslim, no. 2577]
AGAR SEMANGAT BERAMAL SHOLEH
Setelah
renungan-renungan di atas muncul sebuah pertanyaan. Lalu bagaimana agar kita
bisa meningkatkan kualitas, kuantitas dan semangat amal sholeh kita untuk
kedepannya ? berikut ini beberapa jawabannya :
1.
Selalu berdo’a agar diberi taufik berada di jalan
Allah yang lurus dan istiqomah untuk tetap taat kepada-Nya. Karena hakekat
istiqomah adalah anugrah Allah, milik Allah maka kita harus minta kepada
pemiliknya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam manusia terbaik, orang
yang paling istiqomah, ternyata kebanyakan do’a yang beliau lantunkan adalah
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Yang
sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, ’Ya muqollibal
quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’.” [Shohih At Tirmidzi, no. 3522]
Ummu Salamah yang penasaran dengan do’a baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tersebut bertanya kepada beliau,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لأَكْثَرِ دُعَائِكَ يَا مُقَلِّبَ
الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Rasulullah kenapa
engkau lebih sering berdo’a dengan do’a, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii
‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di
atas agama-Mu)’.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ
وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ
وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang
namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang
Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja
yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” .” [Shohih At Tirmidzi, no.
3522]
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami.” [QS. Ali Imran: 8]
2.
Memperbanyak
mengingat kematian. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِيْ المَوْتَ
“Perbanyaklah
mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian.” [Shohih At Tirmidzi, no. 2307]
Apa hikmahnya ? imam Ad-Daqoq rahimahullah berkata,
مَنْ أَكْثَرَ ذِكْرَ الْمَوْتِ أُكْرِمَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ
: تَعْجِيلِ التَّوْبَةِ وَقَنَاعَةِ الْقَلْبِ وَنَشَاطِ الْعِبَادَةِ ، وَمَنْ
نَسِيَهُ عُوقِبَ بِثَلَاثٍ : تَسْوِيفِ التَّوْبَةِ وَتَرْكِ الرِّضَا
بِالْكَفَافِ وَالتَّكَاسُلِ فِي الْعِبَادَةِ
“Barangsiapa banyak mengingat mati maka ia
akan dimuliakan dengan tiga perkara: (1) Segera bertaubat, (2) Hati yang merasa
cukup, (3) Semangat beribadah. Dan barangsiapa melupakannya maka ia akan
dihukum dengan tiga perkara: (1) Menunda-nunda taubat, (2) Tidak merasa cukup, (3) Malas Beribadah.” [At-Tadzkiroh lil
Qurthubi, hal. 8 -syamilah]
3.
Memilih teman yang sholeh. Tidak bisa dipungkiri
teman sangatlah berpengaruh menentukan perangai seseorang. Jika teman-teman
kita baik niscaya sifat kebaikan mereka akan terpancar kepada kita, sebaliknya
bila teman-teman kita mayoritas tidak baik maka sedikit banyak kejelakan mereka
akan tertular kepada kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
نَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السُّوءِ
كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ
يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رَيْحًا
طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ
تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيثَةً
“Permisalan teman duduk yang saleh dan
teman duduk yang buruk seperti penjual misik dan pandai besi. Adapun penjual
misik, boleh jadi ia memberimu misik, engkau membeli darinya, atau setidaknya
engkau akan mencium bau harumnya. Adapun pandai besi, boleh jadi akan membuat
bajumu terbakar atau engkau mencium bau yang tidak enak.” [HR. Muslim, no.
2628]
Demikian sekelumit renungan di akhir tahun ini. Semoga kita mendapatkan
keberkahan pada umur kita. Dan semoga kita tetap istiqomah hingga akhir hayat
kita. Aamiin
Allahu ‘alam bisshowwab
Ibnu
ram 221117
Tidak ada komentar:
Posting Komentar