بسم الله الرحمن الرحيم

Senin, 30 Oktober 2017

SYAFA’AT



BISMILLAH

Salah satu aqidah primer yang mulai diragukan sebagian orang adalah keberadaan syafa’at kelak di hari kiamat. Padahal bila kita tinjau literatur kitab-kitab aqidah, keyakinan baku para salafussholih ini diterangkan dalam banyak dalil. Maka bertolak dari situ, penulis terketuk untuk membahas permasalahan syafa’at dalam tinjauan syareat kita. Selamat menuntut ilmu.


DEVINISI SYAFA’AT
Syafa’at/ الشفاعة (dalam bahasa arab) secara bahasa diambil dari kata الشفع yang berarti genap / lawan dari ganjil. Sedangkan secara syar’i bermakna : perantara untuk menggapai kepentingan tertentu, perantara antara yang berkepentingan dan yang bisa memberikan/ mengabulkan kepentingan tersebut. [Syarah Al Aqidah At Thohawiyah oleh Syeikh Al Fauzan, 1/88 –syamilah-]

MACAM-MACAM SYAFA’AT
SYAFA’AT YANG DIMIKI MAKHLUK DI DUNIA DI BAGI DUA JENIS :
a.       Syafa’at Hasanah (syafa’at untuk kebaikan). Syafa’at jenis ini baik dan bermanfaat maka hukumnya boleh bahkan berpahala. Misalnya seorang kenalan anda ingin melamar pekerjaan di sebuah perusahaan untuk memenuhi nafkah keluarganya, namun ia sangat sulit bertemu dengan pimpinan perusahaan. Kebetulan anda adalah tangan kanan sang pimpinan sehingga anda berhasil mempertemukan kenalan anda tadi dengan pimpinan perusahaan, akhirnya rekrutmen kenalan anda sebagai pegawai pun berjalan lancar. Ini adalah contoh syafa’at yang baik lagi berpahala. Allah berfirman :
مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا
“Barangsiapa yang memberikan syafa’at yang BAIK, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya.” [An-Nisaa’ :85]
b.      Syafa’at Sayyiah (Syafa’at untuk kejelekan). Misalanya ada seorang PNS menjadi terdakwa, sejatinya menurut hukum dia harus diberhentikan dari pekerjaannya, namun karena anda adalah pihak yang sangat berpengaruh terhadap orang yang seharusnya memberhentikan dia, anda pun memberikan intervensi supaya dia jangan diberhentikan kemudian hal tersebut dilaksanakan. Ini adalah syafa’at dalam kejelekan dan pelakunya berdosa. Allah berfirman :
وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا
“Dan barangsiapa memberi syafa’at yang BURUK, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya.” [An-Nisaa’ :85]

SYAFA’AT DI SISI ALLAH
Yang dimaksud adalah ketika Allah memuliakan sebagian hambanya di akherat untuk memohonkan kebaikan bagi seorang muslim ahli tauhid. Misalnya seseorang yang sedianya terancam siksa gara-gara dosa besar yang ia lakukan mendapat syafa’at dari hamba Allah –sesudah mendapat izin Allah- agar Allah berkenan mengampuninya.

SYARAT MENDAPAT SYAFA’AT KELAK DI AKHERAT
Dikarenakan syafa’at di akherat ini pada dasarnya adalah hak prerogatif Allah, sebagaimana dalam firman-Nya,
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Katakanlah wahai Muhammad, Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan” [Q.S. Az Zumar : 44]
Maka untuk memperoleh syafa’at di sisi Allah kelak, harus terpenuhi dua syarat :
a.       Yang hendak memberikan syafa’at mendapat izin Allah. Sebagaimana firman-Nya :
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” [QS. Al Baqarah: 255]
b.      Yang hendak mensyafa’ati dan yang akan disyafa’ati mendapat ridho Allah. Sebagaimana firman-Nya :
يَوْمَئِذٍۢ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَـٰعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحْمَـٰنُ وَرَضِىَ لَهُۥ قَوْلًا
“Pada hari itu tidak berguna syafa’at, kecuali (syafa’at) orang yang telah diizinkan oleh Allah Maha Pemurah, dan Dia telah meridhai perkataannya. [QS Thaha: 109]
Juga firman-Nya :
وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ
“…Dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan untuk orang yang diridhai Allah…” [Al-Anbiyaa’: 28]

MACAM-MACAM SYAFA’AT KELAK DI AKHERAT
Secara umum syafa’at di akherat dibagi dua : ada yang kusus bagi Rosulullah –shalallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam artian hanya Nabi yang bisa memberikannya (setelah mendapat izin daari Allah- dan macam kedua syafa’at yang bisa diberikan (dengan izin Allah) oleh Rasulullah dan hamba-hamba Allah lainnya yang mulia, seperti : Para Nabi, Malaikat, orang-orang sholeh, Anak kecil yang meninggalsebelum baligh dll. Adapun rinciannya sebagai berikut

A.      Syafa’at Kusus Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa salaam-
                     i.            Syafa’at al ‘Udzama. Yaitu syafa’at kusus bagi Nabi untuk ahli mauqif ketika manusia seluruhnya dikumpulkan menanti peradilan Allah. Ketika itu manusia kepayahan karena keadaan yang begitu dahsyat sampai-sampai matahari didekatkan sejarakhanya dua mil, sehingga tak terbayangkan bagaimana krisis yang menimpa manusia ketika itu, sehingga Nabi pun memohon kepada Allah agar segera mengadili manusia [baca HR. Al-Bukhari, no. 4712 dan Muslim, no. 194]
                   ii.            Syafa’at Nabi untuk penduduk surga agar masuk kedalamnya. Dan orang yang pertama kali meminta dibukakan pintu surga adalah Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Beliau bersabda :
آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
“Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Lalu aku minta dibukakan. Maka penjaga pintu Surga berkata, ‘Siapakah engkau?’ Lalu aku jawab,’Aku Muhammad’. Lantas malaikat tersebut berkata,’Aku diperintahkan dengan sebab engkau. Aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelum engkau’.” [HR Muslim, no. 197].
                  iii.            Syafa’at khusus Beliau untuk meringankan siksaan pamannya yaitu Abu Thalib. Suatu hari Abbas bin Abdul Muththalib bertanya kepada Nabi -Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam-:
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَفَعْتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ قَالَ نَعَمْ هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ لَوْلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الْأَسْفَلِ مِنْ النَّارِ
“Ya Rasulullah, apakah engkau memberikan manfaat kepada pamanmu dengan sesuatu, sebab dia telah melindungimu dan marah untuk menjagamu?” Beliau menjawab, “Ya, tempatnya di permukaan neraka, seandainya bukan karena aku (syafa’atku) niscaya dia berada di neraka paling dasar.” [HR. Bukhari, no. 6208 dan Muslim,no. 209]
Juga berdasarkan riwayat Abu Sa’id al-Khudri Radhialllahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah suatu ketika disebut di sisi beliau Abu Thalib, paman beliau, maka beliau bersabda:
لَعَلَّهُ تَنْفَعُهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُجْعَلُ فِي ضَحْضَاحٍ مِنَ النَّارِ يَبْلُغُ كَعْبَيْهِ يَغْلِي مِنْهُ دِمَاغُه
“Semoga syafa’atku bermanfaat baginya pada hari Kiamat, dia dijadikan di muka neraka hingga sampai kedua mata kakinya, memanas otaknya.” [HR. Bukhari 3885]
                 iv.            Syafa’at beliau untuk umat beliau agar masuk surga tanpa hisab. Pada hadits Abu Hurairah yang panjang tentang syafa’at dijelaskan ketika Rasulullah bersujud memohon agar diizinkan memberikan syafa’at Allah berfirman kepada beliau:
ثُمَّ يُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ أُمَّتِي يَا رَبِّ أُمَّتِي يَا رَبِّ أُمَّتِي يَا رَبِّ فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لا حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنْ الْبَابِ الْأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنْ الْأَبْوَابِ
“Wahai Muhammad angkatlah kepaalamu ! mintalah niscaya kau akan dikabulkan, berilah syafa’at niscaya syafa’atmu akan dikabulkan.” Maka akupun (Rasulullah) mengangkat kepalaku dan memohon kepada Allah : “Ummatku Ya Allah!? Ummatku Ya Allah ummatku !? Ummatku Ya Allah!? Maka Allah berfirman : “Wahai Muhammad masukkanlah orang yang tidak dihisab dari umatmu (ke dalam Surga) melalui pintu al Aiman. Adapun manusia selain mereka masuk melalui pintu-pintu surga lainnya. [HR. Bukhori, no. 4712]

B.      Syafa’at Secara Umum Baik Diberikan oleh Nabi ataupun Selain Beliau.
Apakah selain Nabi bisa memberikan syafa’at kelak dengan izin Allah ? Jawabnya, iya, hal ini berdasarkan riwayat :
إنّ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَشْفَعِ لِلْفِئامِ وِمِنْهُمْ مَنْ يَشْفَعُ للقَبِيلَةِ ومِنْهُمْ مَنْ يَشْفعُ لِلعُصْبَةِ ومِنْهُمْ مَنْ يشفعُ لِلرَّجُلِ حَتّى يَدْخُلوا الجَنّة
“Sesungguhnya diantara umatku ada yang memberi syafa’at untuk segolongan manusia. Ada yang memberi syafa’at kepada sebuah qobilah (suku), ada yang untuk sabuah ashobah (kelompok) dan ada yang memberi syafa’at untuk seseorang, sehingga mereka kemudian masuk surga.” [HR. Tirmidzi, no. 2440 dan beliau menghasankannya]

Adapun macamnya diantaranya adalah :
                    i.        Syafa’at untuk orang-orang yang telah masuk neraka agar dikeluarkan darinya. Rasulullah bersabda :
فَوَالَّذِى نَفْسِي بِيَدِهِ! مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْكُمْ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً للهِ فِى اسْتِضَاءَةِ الْحَقِّ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ للهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ فِى النَّارِ. يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! كَانُوْا يَصُوْمُوْنَ مَعَنَا وَيُصَلُّوْنَ وَيَحُجُّوْنَ. فَيُقَالُ لَهُمْ : أَخْرِجُوْا مَنْ عَرَفْتُمْ. فَتُحَـرَّمُ صُـوَرُهُمْ عَـلَى النَّارِ.
“Demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.... ” [HR. Muslim no. 183]
                   ii.        Syafa’at untuk orang yang sejatinya masuk neraka agar tidak masuk ke dalamnya. Berdasarkan riwayat.
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, dan dishalatkan oleh empat puluh orang, yang mana mereka semua ini tidak menyekutukan Allah, niscaya Allah akan memberikan syafa’at mereka kepadanya.” [HR. Muslim no. 948]
Juga sabda Nabi
شفاعَتِي لأهلِ الكبائرِ من أمّتي
“Syafa’atku kelak juga diperuntukkan untuk pelaku dosa besar.” [HR. Abu Dawud, no. 4739]
Dan sudah ma’lum pelaku dosa besar diancam dengan neraka
                 iii.        Syafa’at untuk mengangkat derajat sebagian ahli surga. Diantara dalilnya adalah Ketika Abu Salamah meninggal Rasulullah berdo’a untuk beliau :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِى سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ وَافْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ. وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ
“Ya Allah, ampunilah Abu Salamah dan tinggikanlah derajatnya bersama orang-orang yang diberi petunjuk, dan berilah penggantinya bagi anak-anaknya, ampunilah kami dan dia wahai Rabb semesta alam, lapangkanlah kuburnya dan sinarilah untuknya dalam kuburnya.” [HR Muslim, no. 920]

Allahu a’lam bisshowwab
Bersambung ke edisi berikutnya in sya Allah ...
Ibnu Ram 130317

Tidak ada komentar:

Posting Komentar