Segala puji hanya milik Alloh, Dzat yang telah
mempertemukan kita dengan bulan suci Ramadhan. Sholawat dan salam kita haturkan
untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah mengajarkan
bagaimana seharusnya kita bersikap kepada bulan Ramadhan. Bulan yang mulia,
bulan ampunan, bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh setiap muslim.
Maka pada kesempatan yang mulia ini – dengan izin Alloh- sedikit kita akan
membahas keutamaan bulan puasa dan keutamaan puasa Ramadhan. Selamat membaca.
KEUTAMAAN BULAN PUASA
Banyak ulama yang mengharapkan bisa bertemu dengan bulan Ramadhan,
bahkan sebagian ulama salaf berkata :
كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ
يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ
يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar
mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan.” [Lathaaiful Ma’arif hal. 232]
Mereka melakukan itu semua tidak lain karena
banyak sekali keutamaan bulan tersebut diantaranya :
a.
Pada bulan
tersebut diwajibkan puasa Ramadhan :
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَتَاكُمْ
شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ
"Telah datang
kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi,
di mana Allah mewajibkan puasa di bulan itu kepada kamu.” [Shohih An Nasai, no. 2105]
b.
Bulan puasa
bulan barokah
Bulan puasa adalah bulan yang penuh berkah.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أَتَاكُمْ
شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ
فِيْهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ
فِيْهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِيْنِ فِيْهِ لَيْلَةٌ هِيَ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ
"Telah datang
kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, di mana Allah mewajibkan
puasa di bulan itu kepada kamu. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan durhaka dibelenggu. Di bulan itu
terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barang siapa
dihalangi mendapatkan kebaikannya, maka ia telah terhalangi." [Shohih An Nasai, no. 2105]
c.
Pintu-pintu
surga dibuka pintu-pintu neraka ditutup
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ
فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ - وَفِيْ رِوَايَةٍ : أَبْوَابُ الْجَنَّةِ- وَفِيْ رِوَايَةٍ: أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
“Apabila
masuk bulan Romadhon maka dibukalah pintu langit –dalam satu riwayat dikatakan:
pintu surga dan dalam riwayat lainnya: pintu-pintu rahmat-. Dan ditutup
pintu-pintu jahannam dan para syaitan dibelenggu.” [HR. Bukhori, no.1899
dan Muslim, no.1079]
d.
Bulan
diturunkannya al Quran
Alloh berfirman :
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur'an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil).” [QS. Al Baqoroh : 185]
e.
Bulan
pembebasan dari api neraka
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ
الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ
يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجِنَانِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا
بَابٌ وَنَادَى مُنَادٍ : يَابَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَابَاغِيَ الشَّرِّ
أَقْصِرْ، وَللَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُل لَيْلة
“Bila
malam pertama bulan Ramadhan telah tiba, maka seluruh setan dan jin gentayangan
di belenggu. Seluruh pintu neraka ditutup, tidak satu pintupun yang masih
terbuka. Sebaliknya, seluruh pintu surga dibuka, dan tidak satu pintupun yang
tertutup. Lebih dari itu, ada penyeru yang berkata. ‘Wahai para pencari
kebaikan bergegaslah dan wahai pencari kejelekan berhentilah!. Dan pada setiap malam
Allah memerdekakan sebagian hambanya dari ancaman siksa neraka” [Shohi Ibnu
Majah, no. 1339]
f.
Lailatul qodar
berada di dalamnya
Termasuk keistimewaan bulan Ramadhan, bahwa
di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu malam yaitu malam
lailatul qodar :
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِيْ سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِيْ
خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah
(lailatul qadr) pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, pada sembilan malam
tersisa, pada tujuh malam tersisa, pada lima malam tersisa.” [HR. Bukhori, no.
2021]
KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN
Selain bulan Ramadhan yang memiliki keutamaan yang begitu
istimewa, demikian halnya puasa Ramadhan. Ia juga memiliki banyak sekali
keutamaan, diantaranya adalah :
a.
Puasa adalah
rukun islam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
بُنِىَ
الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ
الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“ Islam
dibangun di atas lima pondasi : syahadat ‘ bahwasannya tiada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Alloh’ dan Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan
sholat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.”
[HR. Muslim, no.16]
b.
Sebagai perisai
dari api neraka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
الصَوْمُ
جُنَّةٌ
“ Puasa
adalah perisai.” [Shohih An Anasai, no.2230]
c.
Puasa memberi syafaat dengan izin Alloh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
الصِّيَامُ
وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ
رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ
وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ
فَيُشَفَّعَانِ
“Pahala
puasa dan pahala al Qur’an pada hari kiamat akan memberikan syafaat. Pahala
puasa berkata : ‘wahai robku aku telah menghalanginya dari makan dan
beraktifitas di siang hari maka izinkan aku memberinya syafaat. Pahala Al
qur’an berkata : ‘ aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari ( -karena
sibuk membaca al Qur’an-) maka izinkan aku memberinya syafaat. Maka keduanya
diizinkan memberikan syafaat’.” [Shohih Jami, no. 3882]
d.
Do’a orang yang
berpuasa mustajab
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ :
دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَ دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
"Ada tiga doa mustajab: doa orang yang
berpuasa, doa orang yang dianiaya dan doa musafir." [al Jami’ As Shoghir,
no. 3453]
BEBERAPA HADITS LEMAH BERKAITAN DENGAN FADHILAH PADA BULAN
RAMADHAN
a.
(( صُوْمُوْا تَصِحُّوْا ))
“Berpuasalah, kalian akan sehat.”
Hadits ini dhaif (lemah), sebagaimana
dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), juga Al Albani di
Silsilah Adh Dha’ifah (253). Bahkan Ash Shaghani agak berlebihan mengatakan
hadits ini maudhu (palsu) dalam Maudhu’at Ash Shaghani (51).
Keterangan: jika memang terdapat penelitian
ilmiah dari para ahli medis bahwa puasa itu dapat menyehatkan tubuh, makna dari
hadits dhaif ini benar, namun tetap tidak boleh dianggap sebagai sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b.
(( نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ
تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ ))
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah
ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun akan
dilipat gandakan pahalanya.”
Hadits ini dhaif, sebagaimana dikatakan Al
Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits
ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).
Terdapat juga riwayat yang lain:
الصَّائِمُ
فِيْ عِباَدَةٍ وَ إِنْ كَانَ رَاقِداً عَلَى فِرَاشِهِ
“Orang yang berpuasa itu senantiasa dalam
ibadah meskipun sedang tidur di atas ranjangnya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Tammam
(18/172). Hadits ini juga dhaif, sebagaimana dikatakan oleh Al Albani di
Silsilah Adh Dhaifah (653).
Yang benar, tidur adalah perkara mubah
(boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah yang lain,
tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah.
Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka sebelum
waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah.
Sebaliknya, tidak setiap tidur orang
berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur
karena kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan
bisa dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan
bulan Ramadhan sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan
bermalas-malasan.
c.
(( هُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَ وَسْطُهُ مَغْفِرَةٌ وَ
آخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ ))
“Dia (Ramadhan) adalah bulan yang
permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan
dari api neraka.”
Hadits ini didhaifkan oleh para pakar
hadits seperti Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (2/115), juga didhaifkan
oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi di Sifatu Shaumin Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallamy (110), bahkan dikatakan oleh Abu Hatim Ar Razi dalam Al ‘Ilal (2/50)
juga Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (871) bahwa hadits ini Munkar.
Yang benar, di seluruh waktu di bulan Ramadhan
terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya terdapat
kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak hanya
sepertiganya saja. Salah
satu dalil yang menunjukkan hal ini adalah:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Orang
yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.” [HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760]
Dalam
hadits ini, disebutkan bahwa ampunan Allah tidak dibatasi hanya pada
pertengahan Ramadhan saja. Lebih jelas lagi pada hadits yang diriwayatkan oleh
At Tirmidzi, Rasulullah bersabda:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ
مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ
النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ،
فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ
أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ،
وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
“Pada
awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu
neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak
ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar
kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah
dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan
dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam” [HR. Tirmidzi 682,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi] – point
ini kami ringkas dari makalah akh. Yulian Purnama dengan judul ’12 Hadits Lemah dan Palsu Seputar
Ramadhan’ : http://muslim.or.id/ramadhan/12-hadits-lemah-dan-palsu-seputar-ramadhan.html# -
JANGAN SIA-SIAKAN KESEMPATAN
Bertemu dengan bulan Ramadhan adalah sebuah nikmat yang
sangat agung, mengingat keutamaan yang begitu besar yang sebagiannya telah kita
jelaskan. Maka jangan sia-siakan kesempatan ini. Jangan sampai kita merugi
dalam waktu longgar dan kesehatan yang diberikan Alloh kepada kita. Jangan
sampai kita masuk dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ
الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua
kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang.”
[HR. Bukhari, no. 5933]
Gunakanlah waktu longgar kita pada bulan ini untuk
beramal sholeh, terutama bersedekah dan membaca Qur’an. Ibnu abbas
bercerita :
كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - أَجْوَدَ النَّاسِ
بِالْخَيْرِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ
جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ
فِى رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ ، يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه
وسلم - الْقُرْآنَ ، فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - كَانَ
أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ .
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
seorang yang paling murah hatinya dengan (berbagi-pen) kebaikan, dan beliau
lebih bermurah hati ketika di dalam bulan Ramadhan, ketika ditemui oleh Jibril
‘alaihissalam, dan Jibril ‘alaihissalam menemui beliau setiap malam dalam Ramadhan
samapi berakhir (bulan), ia menyampaikan Al Quran kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jika Jibril ‘alaihissalam
menemui beliau maka beliau adalah seorang yang lebih bermurah hati dengan
(berbagi) kebaikan daripada angin yang mengalir.” [HR. Bukhari, no.1902]
Alloh a’lam bisshowwab
Ibnu Ram 220513
Tidak ada komentar:
Posting Komentar