FAEDAH DARI HADITS MU’ADZ
Sesungguhnya
menunaikan hak kepada yang berhak menerimanya adalah kewajiban yang harus kita
laksanakan, terlebih apabila hak yang harus kita tunaikan itu ternyata adalah
haknya Allah Robbul ‘alamin Sang pencipta kita. Maka sudah selayaknya kita
selaku ciptaan yang baik hendaknya mengetahui hak- hak Allah yang harus kita
tunaikan. Maka pada kesempatan yang baik ini mari sejenak kita bersama
menyelami apakah hak Allah yang harus kita tunaikan dengan memetik faedah dari
Hadits Mu’adz bin Jabal –Rhodiyallahu ‘anhu-.
Hak Allah atas
hamba-Nya
Suatu ketika
sahabat yang mulia Mu’adz bin Jabal bercerita, “Suatu ketika aku pernah
membonceng Nabi –shalallahu ‘alaihi wasallam- ketika beliau mengendarai keledai
beliau, lantas Beliau bertanya kepadaku :
يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ
الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ
“Hai Mu’adz !
Apakah engkau tahu apa hak Allah yang harus ditunaikan para hamba-Nya dan
apakah hak para hamba tadi yang harus Allah tunaikan ?”
Aku sontak menjawab,
“Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau lalu
bersabda,
فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ
يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ
لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Sesungguhnya hak Allah
yang harus ditunaikan hamba-Nya adalah mereka beribadah hanya kepada-Nya dan
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan hak para hamba yang harus
Allah tunaikan adalah Allah tidak akan mengadzab mereka selama mereka tidak
mempersekutukan Allah dengan sesuatu.” [HR. Bukhori,no.2856]
Dari hadits mulia di atas
kita bisa menarik beberapa faedah
a.
Keharusan beribadah hanya kepada
Allah
Dan memang itulah
tujuan Allah mencipatakan kita. Sebagaimana tertuang dalam surat Adz Dzariyat
ayat 56, Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia, melainkan agar beribadah kepada-Ku semata.” [QS. Adz
Dzariyat:56]
Allah juga berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Tidaklah mereka diperintah kecuali supaya hanya
menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama
yang lurus.” [QS. Al Bayyinah:5]
b.
Keharusan menjauhi syirik
Mensekutukan
Allah atau Syirik, sangat berbahaya, karena apabila pelakunya meninggal dunia
dan belum bertaubat kepada Allah maka ia
akan masuk neraka kekal selama-lamanya. Allah berfirman,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ
حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. [QS.
Al Maidah:72]
Sangat
besar dosa syirik ini sehingga allah tidak berkenan mengampuni dosa ini apa
bila seorang meninggal dunia belum bertaubat dari dosa syirik yang ia lakukan.
Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ
ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari
syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh jauhnya.” [QS.
An Nisa’:116]
Saking
berbahayanya dosa ini, karena syirik berarti sebuah kedzoliman, bukan
kedzoliman biasa namun kedzoliman kepada Allah sang pencipta, pengatur, dan
pemberi rezeki kita. Tak heran Lukman al hakim sangat antusias berpesan kepada
anaknya ssejak usia dini,
يَا
بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". [QS. Lukman:13]
c.
Hak hamba yang harus Allah tunaikan
Dalam
hadits dijelaskan jika para hamba Allah telah menunaikan hak-Nya ta’ala, maka
sebagai konsekuensinya maka Allah pun akan memberikan hak mereka, yaitu Allah
tidak akan mengadzab mereka, bahkan kehidupan mereka didunia akan aman sentausa
sebagaimana firman-Nya,
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ
فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ
خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ
بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka hanya menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. [QS. An Nur :
55]
Nabi
bersabda,
مَنْ
لَقِىَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ
يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارِ
“Barang
siapa bertemu dengan Allah di akherat, dalam keadaan tidak mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun maka ia akan masuk surga. Dan barang siapa berjumpa
dengan-Nya dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu maka ia masuk
neraka”. [HR. Muslim, no.93]
d.
Salah satu metode mengajar adalah bertanya
Bertanya
untuk mengajar adalah salah satu metode paling tokcer untuk mengokohkan ilmu
yang diajarkan ke peserta didik. Bagaimana tidak, orang yang diberi pertanyaan
akan mengerahkan segenap konsentrasi dan pikirannya untuk fokus dan jika bisa
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Maka banyak kita jumpai dalam hadits bahwa
salah satu metode Nabi mentransfer ilmu syareat agama islam kepada para
sahabatnya adalah dengan bertanya. Syekh abdullah bin Muhammad al Ghunaiman
berkata :
“Metode pengajaran
seperti ini (dengan pertanyaan) adalah metode yang banyak digunakan untuk
mengajarkan ilmu, agar lebih berpotensi untuk diterima dan diperhatikan. Karena
manusia apabila ditanya sedangkan dia tidak tahu jawabannya, maka jiwanya akan
berusaha mencari-cari jawabannya, menunggu-nunggu jawabanya, merindukan
jawabannya, sehingga potensi menerima jawaban (apabila sudah disampaikanpu)
lebih besar dan akan lebih mengakar dalam dirinya daripada hanya sekedar
disampaikan begitu saja (tanpa ditanya terlebih dahulu). Maka sekali lagi hal
ini menunjukkan betapa baiknya metode pengajaran, penyampaian serta baiknya
metode transfer ilmu yang dilakukan Rosulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-.”
[Syarah fath al majid 1/138 –syamilah-]
e.
Adab orang yang tak tahu permasalahan agama
Dalam
hadits mulia diatas terdapat juga pengajaran bagi kita untuk tidak menjawab
dengan asal-asalan apa yang kita tidak tahu padanya. Karena memang betapa
banyak kesesatan yang tersebar dimuka bumi ini gara-gara jawaban dari orang
yang ditanya tidak berlandaskan ilmu. Suatu ketika Nabi –shallallahu ‘alaihi
wasallam- bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ
يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا
اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ
فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya
Allah tidak mencabut ilmu agama dari muka bumi ini dengan sepontanitas hilang
dari manusia. Akan tetapi mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, hingga
tak tersisa seorang ahli ilmu pun, sampai para manusiapun mengangkat para
pemimpin yang jahil dalam masalah ilmu agama, mereka ditanya tentang masalah
agama, namun mereka menjawab tanpa ilmu, sehingga mereka sesat lagi
menyesatkan.” [HR. Muslim, no.2673]
Karena efek bahaya yang ditimbulkan tidak
hanya pada orang yang ditanya bahkan kepada orang yang bertanya. Maka Allah melarang
seorang memberikan jawaban dengan tanpa ilmu, Allah berfirman,
وَلَا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.”
[QS. Al Isro’:36]
Bahkan sekelas imam Malik gurunya imam
syafi’i saja tak segan mengucapkan “Aku tidak tahu” ketika ditanya kemudian
beliau tidak mengetahui jawabannya.
Dikisahkan suatu hari ada seorang laki-laki
dari andalusia (sepanyol) datang ke majlis imam Malik di Madinah. Ia ingin
adalah delegasi kaumnya untuk menanyakan pertanyaan yang sangat banyak. Maka
sang imampun hanya menjawab dengan perkataan beliau : “Aku tidak tahu”. Beliau
hanya menjawab tiga pertanyaan saja sedangkan enam puluh sekian pertanyaan
beliau hanya mengatakan “Aku tidak tahu”. Maka sang penanya berkata, “Kamu ini
kan imam Malik kenapa anda berkata ‘ aku tidak tahu (aku datang dari negri
sangat jauh)’. Maka dengan tidak malu imam Malikpun menjawab, “Beritahukan
penduduk negrimu bahwa Malik tidak tahu” [lihat Syarah arbain fi attarbiyah wa
al manhaj 1/79]
f.
Sikap tawadu (rendah hati) Nabi –shallallahu ‘alaihi
wasallam-
Hal itu
dapat kita ketahui tatkala Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-, tidak merasa
malu dan risi bila harus memboncengkan salah satu sahabatnya, padahal Beliau
adalah utusan Allah yang tinggi derajatnya, sungguh suatu akhlak yang agung
lagi mulia sesuai dengan firman Allah,
وَإِنَّكَ
لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas
akhlak yang agung.” [QS. Al Qolam:4]
Maka
sebagai pengikut Beliau mari kita bersikap rendah hati kepada semua orang, termasuk
kepada orang yang derajat sosialnya mungkin lebih rendah dari kta, hal ini
sebagai realisasi firman Allah,
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” [QS. Al Akhzab:21]
g.
Keutamaan Muadz bin Jabal
Hadits di
atas juga menunjukkan keutamaan sahabat Mu’adz bin Jabal, yang mana Rasulullah
–shallallahu ‘alaihi wasallam- berkenan memboncengkannya. Memang salah satu
delegasi Nabi untuk berdakwah ke negeri Yaman ini memiliki segudang keutamaan,
diantaranya Nabi menggelarinya orang yang paling mengetahui tentang halal dan
harom pada syareat ini. Nabi bersabda,
وَأَعْلَمُهَا
بِالْحَلَالِ وَالْحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ
“Orang
yang paling mengetahui tentang Halal dan Harom adalah Mu’adz bin jabal” [Shohih
Ibnu Majah ,no.175]
Penutup
Semoga dengan sedikit sajian ini menambah pengetahuan
kita tentang hak Allah yang harus kita tunaikan, sehingga kita termasuk dalam
golongan orang-orang yang dimasukkan Allah ke dalam surga-Nya...amin.
Allahu a’lam bisshowwab
Ibnu ram 301214
Tidak ada komentar:
Posting Komentar