بسم الله الرحمن الرحيم

Selasa, 19 Mei 2015

FAEDAH DARI HADITS MU’ADZ

FAEDAH DARI HADITS MU’ADZ
Sesungguhnya menunaikan hak kepada yang berhak menerimanya adalah kewajiban yang harus kita laksanakan, terlebih apabila hak yang harus kita tunaikan itu ternyata adalah haknya Allah Robbul ‘alamin Sang pencipta kita. Maka sudah selayaknya kita selaku ciptaan yang baik hendaknya mengetahui hak- hak Allah yang harus kita tunaikan. Maka pada kesempatan yang baik ini mari sejenak kita bersama menyelami apakah hak Allah yang harus kita tunaikan dengan memetik faedah dari Hadits Mu’adz bin Jabal –Rhodiyallahu ‘anhu-.

Hak Allah atas hamba-Nya
Suatu ketika sahabat yang mulia Mu’adz bin Jabal bercerita, “Suatu ketika aku pernah membonceng Nabi –shalallahu ‘alaihi wasallam- ketika beliau mengendarai keledai beliau, lantas Beliau bertanya kepadaku :
يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ
“Hai Mu’adz ! Apakah engkau tahu apa hak Allah yang harus ditunaikan para hamba-Nya dan apakah hak para hamba tadi yang harus Allah tunaikan ?”
Aku sontak menjawab, “Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau lalu bersabda,
فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Sesungguhnya hak Allah yang harus ditunaikan hamba-Nya adalah mereka beribadah hanya kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan hak para hamba yang harus Allah tunaikan adalah Allah tidak akan mengadzab mereka selama mereka tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu.” [HR. Bukhori,no.2856]
Dari hadits mulia di atas kita bisa menarik beberapa faedah
a.       Keharusan  beribadah hanya kepada Allah
Dan memang itulah tujuan Allah mencipatakan kita. Sebagaimana tertuang dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan agar beribadah kepada-Ku semata.” [QS. Adz Dzariyat:56]
Allah juga berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Tidaklah mereka diperintah kecuali supaya hanya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus.” [QS. Al Bayyinah:5]
b.      Keharusan menjauhi syirik
Mensekutukan Allah atau Syirik, sangat berbahaya, karena apabila pelakunya meninggal dunia dan  belum bertaubat kepada Allah maka ia akan masuk neraka kekal selama-lamanya. Allah berfirman,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. [QS. Al Maidah:72]
Sangat besar dosa syirik ini sehingga allah tidak berkenan mengampuni dosa ini apa bila seorang meninggal dunia belum bertaubat dari dosa syirik yang ia lakukan. Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh jauhnya.” [QS. An Nisa’:116]
Saking berbahayanya dosa ini, karena syirik berarti sebuah kedzoliman, bukan kedzoliman biasa namun kedzoliman kepada Allah sang pencipta, pengatur, dan pemberi rezeki kita. Tak heran Lukman al hakim sangat antusias berpesan kepada anaknya ssejak usia dini,
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". [QS. Lukman:13]
c.       Hak hamba yang harus Allah tunaikan
Dalam hadits dijelaskan jika para hamba Allah telah menunaikan hak-Nya ta’ala, maka sebagai konsekuensinya maka Allah pun akan memberikan hak mereka, yaitu Allah tidak akan mengadzab mereka, bahkan kehidupan mereka didunia akan aman sentausa sebagaimana firman-Nya,
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka hanya menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. [QS. An Nur : 55]
Nabi bersabda,
مَنْ لَقِىَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارِ
“Barang siapa bertemu dengan Allah di akherat, dalam keadaan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun maka ia akan masuk surga. Dan barang siapa berjumpa dengan-Nya dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu maka ia masuk neraka”. [HR. Muslim, no.93]
d.      Salah satu metode mengajar adalah bertanya
Bertanya untuk mengajar adalah salah satu metode paling tokcer untuk mengokohkan ilmu yang diajarkan ke peserta didik. Bagaimana tidak, orang yang diberi pertanyaan akan mengerahkan segenap konsentrasi dan pikirannya untuk fokus dan jika bisa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Maka banyak kita jumpai dalam hadits bahwa salah satu metode Nabi mentransfer ilmu syareat agama islam kepada para sahabatnya adalah dengan bertanya. Syekh abdullah bin Muhammad al Ghunaiman berkata :
 “Metode pengajaran seperti ini (dengan pertanyaan) adalah metode yang banyak digunakan untuk mengajarkan ilmu, agar lebih berpotensi untuk diterima dan diperhatikan. Karena manusia apabila ditanya sedangkan dia tidak tahu jawabannya, maka jiwanya akan berusaha mencari-cari jawabannya, menunggu-nunggu jawabanya, merindukan jawabannya, sehingga potensi menerima jawaban (apabila sudah disampaikanpu) lebih besar dan akan lebih mengakar dalam dirinya daripada hanya sekedar disampaikan begitu saja (tanpa ditanya terlebih dahulu). Maka sekali lagi hal ini menunjukkan betapa baiknya metode pengajaran, penyampaian serta baiknya metode transfer ilmu yang dilakukan Rosulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-.” [Syarah fath al majid 1/138 –syamilah-]
e.      Adab orang yang tak tahu permasalahan agama
Dalam hadits mulia diatas terdapat juga pengajaran bagi kita untuk tidak menjawab dengan asal-asalan apa yang kita tidak tahu padanya. Karena memang betapa banyak kesesatan yang tersebar dimuka bumi ini gara-gara jawaban dari orang yang ditanya tidak berlandaskan ilmu. Suatu ketika Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu agama dari muka bumi ini dengan sepontanitas hilang dari manusia. Akan tetapi mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, hingga tak tersisa seorang ahli ilmu pun, sampai para manusiapun mengangkat para pemimpin yang jahil dalam masalah ilmu agama, mereka ditanya tentang masalah agama, namun mereka menjawab tanpa ilmu, sehingga mereka sesat lagi menyesatkan.” [HR. Muslim, no.2673]
Karena efek bahaya yang ditimbulkan tidak hanya pada orang yang ditanya bahkan kepada orang yang bertanya. Maka Allah melarang seorang memberikan jawaban dengan tanpa ilmu, Allah berfirman,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” [QS. Al Isro’:36]
Bahkan sekelas imam Malik gurunya imam syafi’i saja tak segan mengucapkan “Aku tidak tahu” ketika ditanya kemudian beliau tidak mengetahui jawabannya.
Dikisahkan suatu hari ada seorang laki-laki dari andalusia (sepanyol) datang ke majlis imam Malik di Madinah. Ia ingin adalah delegasi kaumnya untuk menanyakan pertanyaan yang sangat banyak. Maka sang imampun hanya menjawab dengan perkataan beliau : “Aku tidak tahu”. Beliau hanya menjawab tiga pertanyaan saja sedangkan enam puluh sekian pertanyaan beliau hanya mengatakan “Aku tidak tahu”. Maka sang penanya berkata, “Kamu ini kan imam Malik kenapa anda berkata ‘ aku tidak tahu (aku datang dari negri sangat jauh)’. Maka dengan tidak malu imam Malikpun menjawab, “Beritahukan penduduk negrimu bahwa Malik tidak tahu” [lihat Syarah arbain fi attarbiyah wa al manhaj 1/79]
f.        Sikap tawadu (rendah hati) Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-
Hal itu dapat kita ketahui tatkala Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam-, tidak merasa malu dan risi bila harus memboncengkan salah satu sahabatnya, padahal Beliau adalah utusan Allah yang tinggi derajatnya, sungguh suatu akhlak yang agung lagi mulia sesuai dengan firman Allah,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas akhlak yang agung.” [QS. Al Qolam:4]
Maka sebagai pengikut Beliau mari kita bersikap rendah hati kepada semua orang, termasuk kepada orang yang derajat sosialnya mungkin lebih rendah dari kta, hal ini sebagai realisasi firman Allah,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. Al Akhzab:21]
g.       Keutamaan Muadz bin Jabal
Hadits di atas juga menunjukkan keutamaan sahabat Mu’adz bin Jabal, yang mana Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- berkenan memboncengkannya. Memang salah satu delegasi Nabi untuk berdakwah ke negeri Yaman ini memiliki segudang keutamaan, diantaranya Nabi menggelarinya orang yang paling mengetahui tentang halal dan harom pada syareat ini. Nabi bersabda,
وَأَعْلَمُهَا بِالْحَلَالِ وَالْحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ
“Orang yang paling mengetahui tentang Halal dan Harom adalah Mu’adz bin jabal” [Shohih Ibnu Majah ,no.175]
Penutup
Semoga dengan sedikit sajian ini menambah pengetahuan kita tentang hak Allah yang harus kita tunaikan, sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang dimasukkan Allah ke dalam surga-Nya...amin.
Allahu a’lam bisshowwab

Ibnu ram 301214

Tidak ada komentar:

Posting Komentar